Cunca Wulang - Manggarai Barat

Dalam bahasa lokal Manggarai Raya, Cunca adalah air terjun sedang Wulan adalah bulan. Jadi Cunca Wulang berarti air terjun berbentuk bulan. Mengapa disebut begitu mungkin karena air terjunnya berwarna seseperti warna bulan yang putih. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 25 m dan mengucur dari sela-sela bebatuan.

Yang unik di air terjun ini terdapat ngarai, lembah sungai yang diapit oleh tebing-tebing tinggi. Di atas tebing ini (sekitar 6 m ketinggiannya) biasanya pengunjung melompat dan terjun ke sungai yang berkedalaman sekitar 4 m di bawahnya untuk berenang.

Sebenarnya di kawasan Hutan Mbeling ini masih terdapat dua air terjun lagi yaitu Cunca Rami dan Cunca Lolos.

Yang unik, di air terjun ini terdapat ngarai, lembah sungai yang diapit oleh tebing raksasa. Air sungai terpancar dari puncak tebing berwarna jernih kehijauan. Asyiknya, pengunjung dapat melompat dari tebing, terjun ke sungai untuk berenang. Segala kepenatan dalam perjalanan dari Labuan Bajo dan Wersawe serasa sirna oleh kesegaran air terjun di situ.

Sekejap kawasan Cunca Wulang sama dengan Green Canyon yang ada di Jawa Barat, karakteristik aliran sungainya yang ada di antara tebing bebatuan besar. Mungkin kita bingung dimana air terjunnya, tenang sewaktu Anda sampai gemuruh suara air terjun akan memandu Anda di mana letak air terjun tersebut yang ada di atas batu-batu dan datang dari sela-sela batuan.

Melihat aliran yang menyerupai seperti sungai tentu kedalamannya juga tidak terlalu cetek, jadi cocok digunakan untuk berenang bukan hanya sekedar berendam. Airnya yang dingin dan jernih akan menyegarkan tubuh Anda yang lelah setelah tracking. Akan tetapi di beberapa titik ada bagian yang cukup dalam sehingga petunjuk dari guide sangatlah dibutuhkan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk berenang. Bila ingin melihat debit air terjun yang deras dan bergelimpahan datanglah ke Cunca Wulang saat musim hujan, tapi aliran sungainya tidak seindah biasanya yang berwarna hijau sebab pengaruh dari air hujan yang cenderung keruh.

Bila datang saat musim kemarau, kemungkinan untuk melihat air terjun memang sedikit karena tidak banyak air yang jatuh, akan tetapi pemandangan yang disajikan pasti lebih indah di mana aliran sungainya berwarna hijau mungkin menyerupai yang ada di Green Canyon dengan kedalaman yang juga aman. Semua tergantung selera Anda lebih mempertimbangkan tampilan air terjun atau pemandangan.

Batu-batuan yang mengapit sungai aliran air terjun aman untuk dipanjat sebab tidak tajam sisinya, sehingga banyak sekali wisatawan yang merasakan sensasi untuk loncat dari atas batu hingga yang dari ketinggian 6 meter ke bawah sungai. Untuk masalah loncat terutama dari titik yang tinggi tentunya harus dikonsultasikan kepada guide sebab saat musim kemarau air cenderung sedikit yang mengakibatkan nantinya bahaya bagi wisatawan sebab akan membentur dasar sungai.

Selain melihat penampakan Cunca Wulang dari bawah (aliran sungainya) kita juga bisa melanjutkan untuk tracking ke atas air terjun yang indah sekali dilihat pola batuannya dari atas. Sekitar 30 menit Anda akan naik ke atas dan bersantai sambil menikmati udara sekaligus mengeringkan pakaian setelah berenang. Karena objek wisata ini belum resmi dimanfaatkan maka tidak akan ditemui penjual-penjual makanan dan minuman di sekitar lokasi sehingga sangat diharuskan untuk Anda membawa perbekalan sendiri terutama air minum sebab tracking cukup melelahkan.

Bila Anda beruntung saat tracking menuju Cunca Wulang yang melewati pemukiman warga, Anda bisa bercengkrama dengan mereka yang ramah dan bisa menyuguhkan minuman karena dianggap sebagai tamu. Peran local guide sangat penting keberadaannya jadi jangan kesampingkan tawaran penduduk sana yang menawarkan menjadi guide, apalagi harga yang mereka tawarkan juga tidak mahal.

Lokasi

Terletak di Kampung Wersawe, Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeling, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Peta dan Koordinat GPS:

Aksesbilitas

Berjarak sekitar 30 km dari Labuhan Bajo dengan waktu perjalanan sekitar 1 jam dengan kendaraan roda dua atau empat. Jasa sewa motor dan mobil mudah ditemui di kawasan penginapan wisatawan yang ada di jalan sepanjang pelabuhan Labuan Bajo. Untuk mobil plus supir dan bensin harganya sekitar 500 ribu/ hari sedangkan motor sekitar 75 ribu/ hari. Kondisi jalan menuju Wersawe ini naik turun dan berkelok-kelok beraspal halus sehingga mudah dilewati, selain itu jalurnya juga tidak terpencil karena jalan yang dilewati adalah jalan provinsi yang merupakan jalan utama.

Setibanya di pintu gerbang di Desa Wersawe, perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak tanah melewati perkebunan kopi, kakao dan kemiri milik penduduk, menelusuri hutan dan semak-semak sejauh kurang lebih 2 km naik turun bukit yang ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Untuk menuju lokasi air terjun ini sebaiknya menggunkana jasa pemandu lokal yang banyak ditemui dan menawarkan diri. Biaya memandu per kunjungan sebesar 5000 rupiah.

Tiket dan Parkir

Biaya masuk sebesar Rp 10000 untuk restribusi desa

Wisata Lain

Puncak Mbeling untuk menimati wisata pemandangan alam pengamatan burung (bird watching) yang biasanya dilakukan malam hari.

Danau Sano Nggoang berupa danau bentukan dari kaldera.

Setelah puas bercerita sambil berjalan selama kurang lebih 45 menit, melompati batu demi batu, kami sampai di Cunca Wulang. Saya sempat bingung, mana air terjunnya? Ternyata kami masih harus mendaki sedikit sekitar 10 menit.

Jalannya terjal dan licin sekali karena baru selesai hujan. Tapi ketika sudah sampai di atas, wow! Hanya itu yang bisa saya ucapkan. Saya bahkan berdiri mematung karena terpesona akan keindahan air terjun tersebut.

Segala keringat yang menetes seperti terbayarkan. Pemandangannya indah tiada dua. Untuk menutup perjalanan kali itu, seperti kata pemandunya, kurang afdhol jika tidak melompat ke Cunca Wulang setelah perjalanan panjang.

Kami pun melompat dari salah satu tebing setinggi 4 meter ke perairan Cunca Wulang yang dalamnya sekitar 4 meter. Nikmat sekali. Segala lelah dan keringat langsung hilang setelah melihat indahnya alam Cunca Wulang dan merasakan kesegaran airnya.

Sebagai tambahan, kami adalah satu-satunya pengunjung pada saat itu, jadi kenikmatan berenang dan mengagumi keindahan alam sekitar tidak terusik oleh ramainya wisatawan.

Untuk melengkapi indahnya perjalanan kami, karena di Cunca Wulang tidak ada yang menjual makanan dan kami sudah kelaparan, pemandu kami mengajak kami ke rumahnya. Pada akhirnya, cerita tentang kebudayaan Flores ditemani secangkir kopi, serta mie instan dengan telur mata sapi menjadi penutup kisah manis kami hari itu.