Curug Piit - Sukabumi

Dinamakan Curug Piit (Burung Pipit dalam bahasa sunda) karena kabarnya dulu banyak burung pipit bersarang di lokasi ini, Curug ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter. Curahan airnya membentuk sebuah kolam berdiameter sekitar tujuh meter dan dalamnya empat meter. Airnya sangat dingin sehingga tidak bisa lama-lama berendam di kolam tersebut.

Curug ini berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Selain Curug Piit di kawasan ini juga terdapat beberapa curug lagi, yaitu Curug Cimantaja dan Macan di Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang; Curug Cihanjawar, Walet dan Cikudapeh di sekitar perkebunan teh Nirrmala; Curug Citangkolo di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kabandungan; Curug Ciberang dan Cileungsing di sekitar Desa Leuwijamang; dan terakhir Curug Ciarnisah terletak di sekitar Desa Cibedug.

Obyek yang menarik di Taman Nasional Gunung Halimun antara lain Curug (Air Terjun) Piit setinggi sekitar 25 meter dan Curug Macan setinggi sekitar 7 meter.

Untuk sampai di air-terjun Curug Piit (Curug Cihanjawar), kami harus menyusuri jalan setapak perkebunan teh Nirmala & melewati 6 kampung; total jaraknya adalah 10km. Dari guest-house Cikaniki, kami memulai perjalanan sejauh 2 km menuju stasiun pengamatan elang di puncak bukit perkebunan teh Nirmala. Dari situ, kami akan berjalan sejauh 8 km lagi untuk sampai di air terjun Curug Piit (melewati desa Citalahab & kampung LegokJeruk).

Perjalanan itu dimulai dengan menggunakan bus dari Jakarta menuju Sukabumi. Bila Anda menggunakan bus umum, bisa turun di Parungkuda, sebuah kecamatan di pinggir jalan raya Bogor-Sukabumi. Jalan menuju ke Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) terletak di sebelah kanan.

Dari sini, pengunjung yang menggunakan mobil pribadi bisa meneruskan perjalanan. Sedangkan yang datang dengan bus atau kendaraan umum lainnya dapat menyewa truk atau minibus menuju Desa Citalahab sebagai starting point penjelajahan.

Harga sewa truk mencapai Rp300 ribu untuk sekali jalan. Keuntungannya bisa memuat banyak orang, namun kurang nyaman karena akan menempuh jalan berbatu. Sedangkan sewa minibus Rp200 ribu dan bisa menampung sampai sepuluh orang.

Lama perjalanan menuju Citalahab sekitar tiga jam. Awalnya jalan aspal masih terbentang mulus hingga melewati kantor TNGH di daerah Kabandungan. Di sini pengunjung harus mendaftar terlebih dulu dan membayar tiket masuk Rp1.500 per orang dan asuransi Rp2.000. Bagi kalangan mahasiswa atau pelajar yang berkunjung untuk penelitian, tiket masuknya hanya Rp750 per orang.

Selepas dari kantor TNGH, jalan aspal digantikan dengan jalan berbatu-batu. Di beberapa tempat, jalan kian menanjak dan jurang menganga di sebelah kanannya. Melihat kondisi jalan, Anda akan dibuat sport jantung. Namun, tidak lama rasa khawatir menghilang dan digantikan oleh perasaan takjub melihat keindahan alam Halimun seperti sawah dan bukit menghijau.

Sekitar satu jam kemudian melewati gerbang taman nasional. Tidak lagi terlihat sawah atau rumah penduduk melainkan hanya hutan belantara di kanan-kiri jalan. Sedangkan jalur yang cukup sempit membuat setiap mobil yang berpapasan harus rela antre.

Di tengah perjalanan Anda bisa berhenti di Stasiun Penelitian Cikaniki. Dengan menempati bangunan berbentuk rumah panggung, stasiun riset ini merupakan tempat menginapnya para peneliti. Tersedia juga wisma tamu yang bisa ditempati pengunjung lainnya.

Selepas dari kawasan hutan Cikaniki, pemandangan berganti. Kini rerimbunan pohon teh terbentang dari bukit ke bukit. Inilah kawasan Perkebunan Teh Nirmala yang sudah beroperasi sejak zaman penjajahan Belanda.

Akhirnya perjalanan sampai di persimpangan menuju bumi perkemahan dan guest house Citalahab. Pengunjung bisa memilih antara menginap di perkemahan dengan memakai tenda atau menyewa guest house. Jika ingin berkemah, tiap rombongan dipungut biaya Rp15 ribu, ditambah biaya kebersihan sebesar Rp5.000 per tenda.

Bila jumlah peserta tidak terlalu banyak, bisa menyewa guest house. Ini adalah rumah tradisional yang dikelola sendiri oleh penduduk Citalahab. Letaknya di tengah-tengah lembah dan diapit aliran sungai kecil dan bening.

Biaya menginap tidak terlalu mahal. Untuk sebuah rumah yang terdiri dari tiga kamar, biaya sewanya Rp150 ribu per malam. Bisa juga menyewa per kamar, yaitu sebesar Rp15 ribu untuk satu malam. Satu rumah itu bisa menampung rombongan beranggotakan sampai 20 orang lebih.

Jika membawa bahan makanan sendiri, Anda dapat menyewa tukang masak dari penduduk di sekitar guest house. Biayanya Rp35 ribu per hari untuk satu orang. Atau bisa juga langsung memasak makanan di sana beserta bahan makanannya dengan biaya Rp15 ribu.

Air terjun

Lokasi

Peta dan Koordinat GPS:

Aksesbilitas

Untuk menuju Curug Piit perjalanan dimulai dari Citalahab dengan berjalan kaki menelusuri jalan berbatu di pinggir kebun teh. Setelah satu setengah jam berjalan perjalanan mulai memasuki hutan. Kondisi jalan turun naik

Curug ini biasa dinikmati para pengunjung yang bermalam di pemukimam penduduk di Desa Citalahab atau di pos pemantaun Cikaniki. Sebab dari sana, curug Piit tidak terlau jauh dijangkau, hanya memakan waktu kurang lebih satu jam berkendara.

ntuk bisa sampai di Curug Piit, pelancong harus menaiki kendaraan L 300 yang sepertinya telah menjadi kendaraan di tempat ini. Dalam perjalan kebun Teh Nirmala menjadi pemandangan yang umum. Walau seperti duri dalam daging, namun Kebun teh yang sekarang telah berganti pemilik ini bisa menjadi pemandangan yang indah. Apalagi saat menikmati sunrise dari balik kebun teh.

Tetapi tidak perlu khawatir tentang penginapan. Ada beberapa alternatif yang bisa dijadikan pilihan. Seperti Stasiun Penelitian Cikaniki, pusat penelitian ini mempunyai wisma penginapan yang mampu menampung 20 orang. Terdiri dari 1 kamar VIP dan 4 kamar standard yang dapat diisi masing-masing 4 orang.

Selain itu, pemukiman masyarakat di kaki gunung juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat penginapan. Rumah penduduk ini memang jauh dari kesan VIP namun cukup nyaman. Salah satunya adalah Desa Citalahab sentral, di desa yang berada dilembah ini, pengunjung bisa langsung merasakan suasana alami bagimana hidup persis samping hutan belantara. Pasalnya desa ini tepat berada di samping rimba gunung Halimun.

Keindahan air terjun merupakan salah satu daya tarik yang banyak diminati wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pada umumnya air terjun terbentuk karena terjadinya patahan kulit bumi sehingga aliran air terpotong membentuk loncatan air sesuai prinsip aliran air dari ketinggian ke tempat yang lebih rendah. TNGHS mempunyai banyak air terjun, seperti :

* Curug Cimantaja dan Curug Cipamulan, terletak di desa Cikiray, kecamatan Cikidang dan kabupaten Sukabumi

* Curug Piit (Curug Cihanjawar), Curug Walet dan

* Curug Cikudapaeh, terdapat di sekitar Perkebunan Teh Nirmala

* Curug Citangkolo, terletak di desa Mekarjaya, kecamatan Kabandungan, kabupaten Sukabumi

* Curug Ciberang dan Curug Cileungsing, terletak di sekitar kampung Leuwijamang

* Curug Ciarnisah, terletak di sekitar kampung Cibedug Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

wisata/gunung.jpg

* Di Gunung Salak terdapat beberapa curug diantaranya Curug Cangkuang (Cidahu); Curug Pilung (Girijaya); Curug Cibadak (Cijeruk); Curug Citiis (Ciapus); Curug Nangka (Taman Sari); Curug Ciputri (Tenjolaya); Curug Cihurang, Cirug Cigamea, Curug Ngumpet dan Curug Seribu (Pamijahan), Curug Cibereum (Jayanegara).

Di dalam hutannya yang masih perawan kita dapat menjumpai beberapa air terjun yang sangat eksotik dan bahkan ada yang jauh berada di dalam hutan. Diantara air terjun atau curug yang dapat dikunjungi antara lain, Curug Macan, Cikudapaeh, Cihanjawar, Citangkolo dan Curug Piit. Semunya itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Selama perjalanan menuju air terjun kita akan menjumpai beberapa hewan langka dan tumbuhan yang usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Secara umum wisata petualangan di Taman Nasional Gunung Halimun bisa dinikmati oleh seluruh keluarga dan usia, dari anak-anak sampai orang tua. Semuanya bisa disesuaikan dengan lokasi-lokasi yang akan jadi tujuan selama berada di dalam kawasan taman nasional sesuai dengan tingkat usia serta kemampuan kita.

Kabandungan – Cikaniki - Citalahab

Pintu masuk ke kawasan taman nasional yang umum dan sering dikunjungi yaitu melalui Kabandungan. Untuk sampai di wilayah Kabandungan kita harus melalui wilayah Parung Kuda (jalan raya yang melewati Stasiun Kereta Api Parung Kuda). Wilayah Kabandungan yang merupakan nama sebuah kecamatan, terdapat kantor Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGH-S). Disini kita bisa melapor sekaligus mengurus administrasinya. Selain itu disediakan pula wisma tamu untuk anda yang ingin bermalam.

Di balai taman nasional ini pula kita bisa mendapatkan informasi yang sangat lengkap sebelum kita bertualang menjelajahi wilayah taman nasional. Disini terdapat ruangan yang menyimpan berbagai obyek foto, buku-buku, maket tiga dimensi bahkan ruang auditorium yang menggambarkan secara ringkas dan jelas hal-hal yang berhubungan dengan taman nasional. Dari kantor balai taman nasional perjalanan dapat kita lanjutkan menuju Stasiun Penelitian (Research) Cikaniki yang berjarak 18 km. Jalan yang akan kita lalui merupakan jalan berbatu-batu. Aspal terakhir hanya sampai desa Cipeuteuy, kira-kira 2 km dari kantor balai taman nasional. Setelah itu baru kita bisa menggunakan ojeg motor atau kendaraan sejenis L-300 yang banyak terdapat disana. Tetapi jika ingin menggunakan kendaraan pribadi disarankan menggunakan mobil sejenis 4WD atau minimal sejenis Kijang dan Panther.

Sebelum masuk ke gerbang kawasan taman nasional kita akan melewati perkampungan penduduk, ladang dan sawah. Untuk sampai Stasiun Penelitian Cikaniki dari gerbang kawasan taman nasional jarakanya ±6 km. Sepanjang jalan dari gerbang menuju Cikaniki tidak akan membosankan karena kita melintasi hutan hujan tropis yang asri dan hijau. Di sepanjang jalur ini pula kita akan melintasi salah satu habitat Owa Jawa. Dekat sebuah perbatasan yang memisahkan Kabupaten Sukabumi dan Bogor terdapat papan petunjuk yang menginformasikan bahwa disitu merupakan salah satu lintasan Macan Tutul.

Tidak lama kemudian baru kita akan sampai di Stasiun Penelitian Cikaniki, berupa bangunan modern dari kayu yang didatangkan dari Pulau Kalimantan dan bergaya arsitektur Jepang. Stasiun tersebut dibangun oleh sebuah lembaga bantuan asing dari Jepang, JICA, sebagai tempat atau pusat research para peneliti baik asing maupun lokal. Disini fasilitas cukup lengkap karena ada tempat parkir, wisma tamu yang dilengkapi dengan kamar-kamar, dapur dan ruang makan. Selain itu diruang tamu terdapat beberapa contoh jenis hewan khas taman nasional yang sudah diawetkan dan beberapa obyek foto serta buku-buku yang bisa menambah informasi kita mengenai kawasan taman nasional. Dekat stasiun terdapat sebuah sungai yang jernih dan suara airnya mengalir memecahkan keheningan disekelilingnya. Terkadang di hutan yang mengelilingi Stasiun Penelitian Cikaniki dijumpai Monyet Surili bergelantungan.

Sekitar 200 meter utara stasiun Cikaniki, terdapat menara penelitian atau biasa dipakai untuk pengamatan burung. Menara ini biasa disebut Canopy Trail yaitu berupa jembatan gantung yang saling terhubung dan bertumpu pada empat pohon besar. Panjang jembatan ini tidak kurang dari 100 meter dengan ketinggian 25-30 meter. Dari atas jembatan ini kita dapat melihat pemandangan yang indah yaitu dengan melihat tajuk-tajuk pohon besar dengan anak sungai Ciberang mengalir dibawahnya. Pada malam hari, dibawah Canopi Trail, tepatnya disekitar kaki tangga naik kita bisa melihat jamur yang berflurocence atau menyala dalam kegelapan hutan disela-sela semak dan tanaman yang tumbuh disana. Salah seorang kawan ketika melihat kilauan jamur-jamur tersebut mengungkapkan kekagumannya, ”bagaikan light in dark ya...keren banget...”,. Tidak salah memang kekagumannya, karena jamur yang di siang hari terlihat berbentuk bulat putih kecil-kecil akan terluhat menyala tersebar di sela-sela hijaunya dedaunan. Lima puluh meter dari stasiun, terdapat rumah pohon yang baru dibangun akhir tahun 2006 dan menjadi fasilitas baru kawasan taman nasional ini.

Begitu masuk kawasan taman nasional, mungkin anda akan langsung jatuh cinta dan merasa tidak puas untuk hanya sekali berkunjung. Sebagaimana halnya penulis, walaupun sudah berkali-kali mengunjunginya tetap selalu ada keinginan untuk kembali. Karena setiap kali kita datang selalu ada misteri dan pesona alam yang baru. Terlebih ketika melihat sang raja udara, Elang Jawa berputar-putar di udara di atas perkebunan teh Nirmala Agung, Citalahab (±2 km dari Stasiun Penelitian Cikaniki) merupakan pengalaman yang sulit untuk dilupakan.

Untuk sampai di kampung Citalahab masih dengan jalan yang berbatu kita akan melewati jalur yang menuju air terjun, Curug Macan (±300 meter dari stasiun) yang pernah menjadi habitatnya Macan Tutul. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari stasiun Cikaniki, Curug Macan sangat sayang untuk dilewatkan. Di air terjun tersebut kita bisa mandi dan beristirahat sejenak menikmati kesegaran airnya. Kemudian kita akan melewati perkebunan teh Nirmala Agung. Hamparan perkebunan teh ini begitu luas di areal yang berbukit-bukit. Ketika kabut naik pemandangan disekitar perkebunan teh sungguh luar biasa karena kita akan melihat kabut atau halimun menggelayuti tanaman teh dan hutan tropis hijau dan lebat yang menjadi latar belakangnya. Sewaktu kabut muncul diantara lebatnya hutan tersebut, pemandangan tampak semakin mempesona dan menakjubkan

Selain jalur tersebut di atas ada jalur lain yang lebih menarik lagi untuk menuju kampung Citalahab, yaitu melalui jalan setapak yang disebut Loop Trail sepanjang ±3,8 km, melalui Stasiun Penelitian Cikaniki dan Canopy Trail. Sepanjang jalur loop trail ini dengan melintasi hutan tropis yang sudah dilengkapi dengan papan petunjuk dan beberapa bangunan sebagai shelter atau pos untuk beristirahat, kita akan menikmati kekayaan hutan yang berada dalam kawasan. Disepanjang jalur kita akan melihat beberapa jenis Anggrek hutan, Kupu-kupu, tanaman Suplir, Kantong Semar, pohon-pohon yang usianya bisa mencapai ratusan tahun, serta berbagai aneka tumbuhan dan fauna hutan lainnya. Jika beruntung kita bisa juga menjumpai Monyet Ssurili dan Owa Jawa. Kita juga akan melintasi sungai yang jernih dan sejuk. Ujung dari loop trail ini sebuah bumi perkemahan yang berada persis di Kampung Citalahab dengan pemandangan perkebunan teh yang memukau serta sebuah sungai jernih yang mengalir di bawahnya.

Jika ingin merasakan suasana jungle trekking yang lebih menantang kita bisa masuk ke dalam hutan lebih jauh lagi menuju air terjun yang tidak terlalu besar namun indah, karena letaknya benar-benar di dalam hutan yang perawan, Curug Cikudapaeh. Air terjun ini memiliki kolam yang bisa digunakan untuk mandi diantara dinding-dinding batu yang bergema. Masih melalui jalan setapak, loop trail, di pertigaan yang mengarah ke Kampung Citalahab Bedeng (arah ke kanan), kita harus memilih jalur lain ke sebelah kiri atau lurus untuk sampai di curug Cikudapaeh. Jalur ini jarang sekali ditempuh orang sehingga terkadang kita harus menerabas, karenanya tidak dianjurkan untuk berjalan sendiri tanpa pemandu dari taman nasional. Dianjurkan menggunakan sepatu jika ingin trekking melalui jalur ini karena beberapa lokasi berlumpur. Dengan berjalan kaki normal dalam waktu ±4 jam kita sudah sampai di Curug Cikudapaeh. Untuk keluar kita bisa kembali melalui jalan semula atau menyeberangi Sungai Cikudapaeh keluar melalui kampung Citalahab Bedeng dan kembali lagi ke kampung Citalahab Bawah melalui perkebunan teh.

Di kampung Citalahab Bawah terdapat guest house yang dikelola masyarakat setempat. Guest house yang berarsitektur tradisonal sunda tersebut berada persis bersebelahan dengan Bumi Perkemahan Citalahab dan dibatasi sebuah sungai dengan perkampungan penduduk. Walaupun bergaya tradisional, guest house ini cukup lengkap termasuk dapur, ruang makan, MCK yang cukup modern, dan sebuah balai kecil seperti balai pertemuan petani yang bisa menjadi tempat berkumpul.

Tetapi jika ingin bersosialisasi dengan penduduk Kampung Citalahab Bedeng, kita bisa menggunakan home stay yang juga dikelola oleh penduduk setempat. Home stay tersebar di beberapa rumah penduduk lengkap dengan gaya arsitektur sunda dan biasanya wisatawan asing senang menggunakan home stay ini.

Jadi semua kembali kepada anda, ingin menggunakan tempat yang lebih modern seperti Stasiun Penelitian Cikaniki. Atau ingin yang lebih tradisional, bersentuhan langsung dengan masyarakat dan berada diantara perkebuhan teh yang menghijau, seperti guest house dan home stay di Citalahab.

Tidak jauh dari Kampung Citalahab masih ada obyek menarik lainnya, yaitu pabrik teh Nirmala Agung. Jika sedang beroperasi, kita dapat melihat langsung proses pembuatan teh di pabrik yang berada sekitar 6 km dari Kampung Ctalahab. Teh hasil pengolahan pabrik ini terasa lebih nikmat dan beraroma khas. Dari pabrik pembuatan teh, kita bisa menuju Curug Piit yang merupakan air terjun yang tinggi, besar dan indah. Curug Piit jaraknya jaraknya tidak terlalu jauh dari pabrik pembuatan teh, kira-kira 2 km lagi dengan melewati perkampungan dimana terdapat persawahan dan lumbung padi tradisional.