Jantur Inar - Kutai Barat

Jantur Inar memiliki ketinggian sekitar 30 meter. Air terjun masih kelihatan alami dengan lumut-lumut yang menempel di batu-batu dan tumbuhan liar disekelilingnya.

Tak jauh dari Jantur Inar di Kampung Dempar Kecamatan Nyuatan ternyata cukup banyak air terjun seperti Jantur Lagai, Enjam, dan Mukuuq.

Legenda

Sesungguhnya kisah Inar, sebuah kisah hidup yang dirundung duka lara dan kepedihan hidup gadis muda yang harus mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam air terjun yang telah mengabadikan namanya. Sewaktu Bangsa Belanda menduduki bumi pertiwi khususnya Kalimantan (Borneo), seorang Tumenggung bernama Ngaroh dengan gelar Setia Raja, memiliki 8 anak, yaitu Krongo (Kakah Lauq), Tuli (Kakah Mantiq), Tongaq (Kakah Blokoq), Kobaq (Kakah Bioroq), Teq, Main, Ukay dan Ruay. Ragetn seorang cucu sang Tumenggung dari anak sulung, Krongo, menikah dengan Kudus dan tinggal di Lamin Temula. Empat anak dilahirkan Ragetn yaitu, Ayus, Lejiu, Gunung dan Inar sebagai putri bungsu.

Setelah dewasa Inar menikah dengan seorang pemuda bernama Baras namun keduanya tidak dikaruniai anak. Sejak kecil Inar menderita penyakit barah, semacam kudis dan lemah tulang setengah lumpuh. Suatu saat sang suami mengalami kebutaan hingga tidak bisa bekerja untuk menghidupi Inar dan dirinya sendiri, akhirnya Inar harus bersusah payah untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi tidak ada satupun sanak saudaranya yang mau menghiraukan dan memperhatikan nasibnya.

Hingga pada suatu hari Inar dan Baras beristirahat di puncak sebuah air terjun yang mengalir deras setelah seharian bekerja menjadi umbi keladi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari di dalam keranjang rotan (Lanjung) besar. Disaat keheningan itu Baras marah-marah dengan mengeluarkan suara yang cukup keras sambil melempar batu ke bawah jantur, karena menyesali nasib hidupnya yang hina dina. Kemarahan Baras itu dilatarbelakangi karena dia tidak bisa bekerja disebabkan kebutaan ditambah lagi isterinya Inar selalu sakit-sakitan. Tanpa berpikir panjang tiba-tiba Baras mendorong istrinya ke bawah air terjun yang cukup tinggi mencapai 60 meter disusul oleh Baras dan seketika itu juga Baras mati ditempat. Namun lain halnya dengan Inar, ia tidak mati karena ditahan oleh sebuah Pelangi yang muncul tiba-tiba dan hilang secara gaib bersama jasad Inar dan itu hingga sekarang tidak pernah ditemukan, maka sejak itu jantur di Kampung Temula Kecamatan Nyuatan diberi nama Inar atau dikenal Jantur Inar.

Lokasi

Terletak di Kampung Temula, Kecamatan Nyuatan, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur.

Peta dan Koordinat GPS:

Aksesbilitas

Berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Sendawar. Untuk menuju lokasi ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda maupun empat dan dan jalan ke sana sangat baik karena sudah diaspal dengan memakan waktu sekitar 1 jam.

Air terjun ini berada di kiri jalan menuju Dempar, ibukota kecamatan Nyuatan, akan nampak papan nama Jantur Inar yang terpampang dengan jelas. Kurang lebih 400 meter perjalanan dilanjutkan melalui jalan tanah hingga tiba di lokasi. Untuk sampai ke dasar air terjun ini harus turun ke bawah melewati sekitar 200 anak tangga yang berjarak 20 cm satu sama lain.

Sumber :

http://potretbumihulumahakam.blogspot.com/2008_04_01_archive.html