Curug Ciarjuna - Garut

Sesuai dengan namanya Air Terjun Bertingkat terdiri dari dua tingkatan. Letaknya sangat dekat dari air terjun Campuhan.

Desa Panawa, letaknya sangat terpencil, jauh dari kota sangat sulit dijangkau. Desa ini berada di kaki Gunung Papandayan dan berbatasan langsung dengan Pangalengan. Untuk sampai di sini diharuskan untuk melewati hutan dan perkebunan teh yang sangat luas. Tapi di desa ini menyimpan surga yang keindahannya tak tertandingi. Salah satu keindahan itu dan yang sedang ngehits akhir-akhir ini adalah Curug Ciarjuna.

Curug ini berada di Cikopo, Desa Panawa, Kec Pamulihan. Curug ini memang belum se terkenal Curug Sanghiyang Taraje yang sudah lebih dulu ngehits. Curug Ciarjuna ini mudah ditemukan tapi susah di jangkau. Curug ini juga relatif sangat jarang dikunjungi karena memang susah untuk dijangkau. Tapi keindahannya sungguh mengagumkan

Ada dua jalur untuk bisa sampai di tempat ini. Pertama, jalur jahanam via perkebunan teh Papandayan, Sumadra. Kedua menggunakan jalur yang tidak kalah jahanam via Desa Pakenjeng, Kec. Pamulihan. Saya sendiri menggunakan kedua jalur ini. Ketika berangkat menggunakan jalur Pakenjeng, dan Pulang Via Perkebunan teh Papandayan, Sumadra.

Jika menggunakan jalur Sumadra, jaraknya hanya 48 KM dari Garut Kota. Jika menggunakan jalur Pakenjeng menjadi sedikit memutar menjadi sekitar 65KM.

Melalui jalur Desa Pakenjeng, Pamulihan

Jika menggunakan Jalur Desa Pakenjeng, jalurnya berupa tanah merah yang akan sangat licin ketika musim hujan. Sangat tidak disarankan jalur ini ketika musim hujan. Tapi jika musim kemarau jalur ini lebih mudah dilalui dari pada jalur Sumadra yang sangat jahanam yang berupa batu koral dan aspal yang nyaris habis tergerus air.

Jika memakai motor, di musim kemarau lebih di sarankan untuk memakai jalur Pakenjeng karena jalur ini belum bisa di lalui mobil. Tapi pastikan dulu motor kalian dalam kondisi prima. Dan untuk motor matic, sebaiknya jangan cari masalah, hehe.

Ketika berangkat, saya menggunakan jalur ini dan hampir saja menyerah di tengah jalan dan kembali pulang. Yaitu ketika berada di tengah hutan dengan kondisi jalan tanjakan yang sangat licin. Di dorong pun motor saya masih susah bergerak. Kurang lebih 30-40 menit berada di hutan bersusah payah membawa motor dengan kondisi jalan tanah yang licin. Saya membulatkan tekad karena jika menyerah di tengah jalan saya tidak akan mendapatkan apa-apa selain capek

Ketika sampai di Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan, di pertigaan menuju Curug Sanghiyang Taraje berbelok lah ke kenan dan terus ikuti jalan. Kondisi jalannya di sini masih mulus. Terus ikuti hingga melewati jembatan dan pos penjaga, setelah itu ada tanjakan yang panjang banget sampai ke Desa Gurumukti. Jalanan aspal hanya sampai desa Garumukti, setelah itu kita akan masuk ke dalam kebun dan hutan, jalan akan berubah dari aspal mulus ke beton yang cuma setapak. Sudah pasti mobil tidak bisa masuk jalur ini. Jaringan seluler 4G/3G cuma sampai di sini. Selebihnya kalian akan kesusahan mencari sinyal. Dari sini menuju curug sekitar 11 KM lagi (menurut perkiraan Google Map).

Baca juga:

- Sanghiyang Taraje, air terjun dengan panorama paling megah di Garut

- Menikmati keindahan yang melegeda Kawah Talaga Bodas

- Curug Rahong, Air Terjun Yang Melegenda Di Tanah Cisewu

Ikuti terus. Sering lah bertanya ke warga sekitar tanyakan ke mana arah desa Panawa. Karena biasanya ada beberapa warga yang sedang mencari kayu bakar. Setelah habis jalan beton, kita akan dihadapkan pada kondisi jalan tanah merah. Tanjakan yang curam yang kadang mengharuskan mendorong motor. Dengan jalur ini waktu tempuh sekitar 1 jam dari Desa Pekenjeng.

Jalur Sumadra

Lain cerita jika menggunakan jalur Sumadra. Walaupun jarak tempuh lebih dekat tapi waktu tempuh lebih lama karena kondisi jalan berupa batuan koral. Atau dalam bahasa kerennya; walungan saat.

Selepas Curug Orok, ada pertigaan menuju perkebunan Teh Papandayan. Kita belok kanan dan ikuti terus jalan. Banyak-banyaklah bertanya ke pada warga. Jika menggunakan jalur ini, kita juga bisa memakai mobil, karena lebar jalan yang cukup untuk mobil. Tapi jangan bawa mobil sedan ya, jangan cari masalah pokoknya.

Jika menggunakan jalur Sumadra, di tengah jalan kita kan menemukan curug yang lain. Oleh warga sekitar menyebut curug ini curug panjang atau curug Ciherang. Saya tidak sempat berfoto di Curug ini.

Setelah melewati perkebunan teh dan hutan belantara, perjalanan mengelilingi kaki Gunung Papandayan kita akan sampai di Desa Pawana. Jika kira-kira menggunakan jalur ini adalah sekitar satu jam setengah. Relatif lebih lama dari jalur Pakenjeng.

Awalnya saya tidak percaya setelah melewati hutan belantara seperti ini, di sana ada peradababan, sebuah desa bernama Panawa. Dan menyimpan surga bernama Curug Ciarjuna.

Ketika pulang saya menggunakan jalur ini, dan saya rasa tidak lebih baik dari jalur desa Pakenjeng. Jarak tempuh dari desa Panawa ke Sumadra sekitar 15 KM, tapi ditempuh dengan waktu hampir 2 jam. Luar biasa kan.

Sampai di Desa Panawa

Ketika sampai di desa Panawa, di pos pertama PLTMH ada pertigaan kita berbelok kiri, ikuti jalur sungai menuju PLTMH. Dari sini kita sudah dekat dengan Curug. Waktu saya ke Curug ini, belum dikenakan tiket, cuma mengisi buku kunjungan di pos penjaga. Saya juga tidak dijinkan untuk membawa kendaraan hingga ke curug (Walaupun sebenarnya bisa.) Kendaraan hanya bisa disimpan di area sebelum masuk Rumah Pembangkit PLTMH. Yaitu di dekat pipa raksasa PLTMH. Dari sini harus jalan kaki turun ke bawah sekitar 300 atau 400 meter. Lumayan tuh, pulangnya cape banget, nanjak!!!.

Curug Ciarjuna berada dekat dengan rumah pembangkit PLTMH. Yaitu berada di sebelah kiri. Ketika sampai di curug, jujur saja, saya masih tidak percaya bisa sampai di curug ini. Rasanya seperti mimpi. Saya langsung menikmati keindahannya. Jerih payah terbayar sudah. Di sini ada beberapa curug di mana curug utama dengan debit ari paling besar dan paling tinggi berada di kanan. Area curug sangat luas, kita bisa bermain, berfoto atau kalau mau prewed aja sekalian. Untuk fasiltas juga belum tersedia fasilitas wisata lengkap seperti curug Orok. Untuk sholat kita bisa lakukan di mesjid di perkampungan warga.

Sebenarnya di sini juga ada curug yang lain, berada bersebelahan dengan Curug Ciarjuna. Yaitu Curug Angkeub, ada yang bilang Curug ini adalah Curug Cibatarua. Jika Ciarjuna berada di sebelah kiri rumah pembangkit, nah curug ini berada ke sebalah kanan. Sebenarnya saya juga tidak sempat ke curug ini. Kelupaan, maklum saking senengnya bisa sampai di curug Ciarjuna.

Lokasi

Terletak di Kampung Cikopo, Desa Panawa, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat.

Peta dan Koordinat GPS:

https://goo.gl/maps/EgPMZK3bb972

Aksesbilitas

Berjarak sekitar 45 km dari pusat kota Garut. Ada dua rute untuk menuju ke sana, dan keduanya harus ditempuh dengan kondisi medan jalan cukup berat.

Rute pertama adalah melalui jalan Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan. Kondisi jalan desa ini menuju Desa Panawa berupa masih berupa tanah merah menanjak curam, yang akan berlumpur dan licin dikala musim hujan tiba. Dari kota Garut arahkan kendaraan ke Pamulihan melalui rute yang sama jika ingin ke Curug Sanghyang Taraje. Ketika sampai di gapura kampung yang menuju menuju Curug Sanghyang Taraje, ambil belokan ke kanan dan ikuti terus jalannya (tidak melewati Curug Sanghyang Taraje).

dan rute kedua melalui jalur perkebunan teh Sumadra, Kecamatan Cikajang. Kedua rute yang harus di tempuh ini medan jalannya cukup berat.

Jalan melalui Desa Pakenjeng menuju Desa Panawa masih berupa tanah merah menanjak curam yang akan menjadi berlumpur dan licin di musim hujan, sehingga jalan ini harus dihindari jika hujan masih sering turun. Bahkan di musim kemarau, jalan ini masih tidak bisa dilalui oleh mobil. Namun demikian, jika kalian memakai motor di musim kemarau, maka jalan ini lebih mudah dilalui dibandingkan dengan jalur kebun teh Sumadra. Masyarakat setempat pun lebih sering menggunakan jalan ini di musim kemarau. Dari Garut, pergilah ke Pamulihan melalui rute yang sama jika kalian ingin pergi ke Sanghyang Taraje. Ketika sampai di gapura kampung yang menuju Sanghyang Taraje, kalian berbelok ke kanan dan ikuti terus jalannya (tidak melewati Sanghyang Taraje). Dari sana, beloklah ke kanan menuju jalan menanjak yang mengarah ke Kampung Cikopo, Desa Panawa. Ikutilah jalan terus hingga kalian tiba di Cikopo dengan waktu tempuh sekitar 1 jam (dari Desa Pakenjeng).

Jalan lainnya adalah melalui perkebunan teh Sumadra. Dari Garut Kota, pergilah ke arah Cikandang, Cikajang. Setelah kalian melewati Curug Orok, berbeloklah ke kanan ke dalam area perkebunan teh Sumadra. Ikuti terus jalan perkebunan ini, dan banyak-banyak bertanyalah ke warga sekitar tentang rute menuju Desa Panawa. Dari sini, kalian akan menghabiskan sekitar 2-3 jam jalan dengan berbatu yang sulit dilalui. Banyak warga memilih tidak melalui jalan ini karena medan jalan yang berat ini sangat mampu merusak kendaraan bermotor. Namun demikian, jika kalian datang dengan mobil offroad yang prima, kalian dapat menggunakan jalan ini hingga Kp. Cikopo, Desa Panawa.

Jika sudah sampai di Kp. Cikopo, Desa Panawa, maka kalian tinggal bertanya kepada warga tentang PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro) yang dikelola oleh PT Arkora Indonesia. Fasilitas PLTMH ini sudah terkenal di masyarakat setempat karena selain memberi listrik, juga menjadi mata pencaharian bagi banyak kepala keluarga. Nah, Curug Ciarjuna yang kalian cari berada di dalam area PLTMH.

Patokan menuju Curug Ciarjuna ini yang paling gampang adalah dari Curug Orok, dari area Curug Orok perjalanan dilanjut sampai kira-kira sekitar 200-300 meter kita akan menemukan pertigaan, ada jalur ke kanan di area perkebunan teh Nusantara yang terdapat portal plus pos penjagaan, nah masuk saja kesana bilang saja mau ke kampung Cikopo atau Tumaritis atau sempetin dulu bua nanya-nanya sama penjaganya.

Trek menuju Curug Ciarjuna ini merupakan Jalur Jahanam, gimana tidak dari pos tersebut kita harus melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan macam susukan saat (sungai kering) selama 2 jam atau bisa lebih dengan kondisi naik turun-naik turun menyusuri perkebunan teh yang sangat luas sampai di kampung terakhir yakni Cikopo. Jangan heran yah selama perjalanan kita jarang menemukan umah/ perkampungan.

Sebelum sampai di Curug Ciarjuna, di tengah perjalanan kita akan menemukan penampakan curug yang lumayan tinggi di daerah Leuweung Panjang, menurut warga nama curugnya adalah Curug Ciherang ada juga yang bilang Curug Leuweung Panjang.

Setelah menempuh perjalanan dengan kondisi trek jahanam (saking dadasnya kondisi perjalanan) akhirnya kita sampai di kampung Cikopo yang merupakan kampung terakhir. Dari sana perjalanan di lanjut lagi sekitar 200 meter menuju Curug Ciarjuna.

Sebelum sampai ke curug, kita akan menemukan 2 kali pos penjagaan, tadinya sih gak Ngeuh kenapa ada pos penjagaan tapi akhirnya kita baru tahu kalo lokasi Curug Ciarjuna ini masuk kedalam area PLTA ARKORA yang merupakan perusahaan pribadi milik salah seorang pengusaha asal Tegal. Pas sampai di pos kedua kita mesti berhenti disana mengisi daftar tamu dulu dengan memarkirkan kendaraan juga. Setelah beres, perjalanan di lanjut dengan trekking jalan kaki menuruni bukit yang menurun, makanya kenapa kendaraan bermotor tidak diperbolehkan lanjut kebawah karena jalan menuju curug asli sangat curam.

Di tengah perjalanan kita akan menemukan pipa yang sangat besar yang merupakan milik PLTA melintang dari atas bukit sampe kebawah. Saya baru ngeuh banget ternyata lokasi curug Ciarjuna ini ada di sebrang bukit Curug Sanghyang Taraje tepat sebelum lokasi parkir. Jika kita menuju curug Sanghyang Taraje dan melihat ke sebrang kanan maka akan melihat pipa yang malang kebawah, nah iya disana tepatnya lokasi Curug Ciarjuna.

Perjalanan selama kurang lebih 5 jam yang lumayan menguras energi akhirnya terbayar sudah setelah sampai di lokasi curug Ciarjuna yang sangat menawan. Curug Ciarjuna ini memiliki 3 aliran air terjun, dimana terdapat 2 aliran curug yang air nya kecil namun lumayan melebar dan 1 aliran curug utama yang air nya lumayan besar dan memiliki ketinggian sekitar 70-80 meter. Jika terihat dari kejauhan curug Ciarjuna ini membentuk tiga aliran curug yang indah, mirip-mirip Cikaso Kw super sama Coban Sewu kw 7 lah ya hehe.

Oia karena di tengah perjalanan mampir dulu ke Curug Leuweung Panjang jadinya kita sampai di Curug Ciarjuna sekitar jam 15.00 alias jam 3 sore tanpa buang waktu kita langsung tancap gas mengeluarkan peralatan perang (dibaca : peralatan fofotoan) sampai kalap, sampai cuaca sudah mulai gelap. Oia menurut info dari petugas penjaga PLTA katanya Curug Ciarjuna ini dan Curug Leuweung Panjang/ Ciherang yang tadi nemu di tengah perjalanan mau di bangun jadi tempat wisata oleh warga sekitar. Beruntung banget pas saya kesini belum ada karcisnya,, belom di tiket loh ya h