Air Terjun Tukad Melangit Jelekungkang - Bangli

Air Terjun Tukad Melangit ini terdiri dari 3 air terjun yang berdekatan. Air terjun pertama berketinggian sekitar 20 m dengan kolam penampungan di bawahnya berdiameter sekitar 7 m. Air terjun kedua adalah terusan dari air terjun pertama. Sedangkan air terjun ketiga letaknya berhadapan dengan air terjun pertama dan kedua dengan lokasi berapa meter dari air terjun pertama.

Puas menikmati pemandangan di Tegenungan, eh Blangsinga, perjalanan saya lanjutkan. Lewat dari kabupaten Gianyar, saya masuk ke kabupaten Bangli. Jalan ke desa Kuning ternyata tidak jauh, tepat berada di sebelah lapangan Bangli. Sebelum masuk pusat kota. Jalan menuju desa ini sangat berciri jalan pedesaan. Sudah beraspal, namun ukurannya kecil, hanya cukup dua mobil berpapasan pepet-pepetan. Di sisi kanan dan kiri, hamparan padi menghijau sangat memanjakan mata. Udara yang saya hirup pun terasa sangat segar.

Sebelum masuk ke daerah desa Kuning, saya tiba terlebih dahulu di desa Tamansari. Tepatnya di dusun Jelekungkang. Disana saya melihat plang besi bertuliskan Air Terjun Tukad Melangit, 400 meter. Sama seperti saat di Blahbatuh, saya dilema juga. Deket nih, kalau mampir masih sempet, begitu pikir saya. Maka saya susuri jalan setapak tanah, dengan ukuran jauh lebih sempit. Hanya bisa dilewati satu mobil saja kira-kira. Tanahnya juga basah, sepertinya habis diguyur hujan.

Pak Putu mempromosikan, air terjun Tukad Melangit ini jauh lebih bagus. Walau masih proses pembersihan, agar lebih layak sebagai objek wisata. Tertarik juga nih saya untuk turun. Sehabis menaruh uang 5.000 rupiah, ke kotak dana punia (baca: sumbangan sukarela), perjalanan saya dimulai. Saya susuri jalan setapak tanah kecil. Itu merupakan satu-satunya akses masuk. Cukup licin karena basah. Kata Pak Putu, nantinya jalan ini akan di beton, kalau dananya sudah ada. Berjalan 100 meteran, saya menemukan deretan tangga menurun. Ya ampun, tangga lagi? Lutut oh lutut, kasihan banget dirimu. Mana tangganya, masih berupa tanah. Terpaksa saya lepas alas kaki, agar tidak slip. Dan mulai melangkah turun.

Lokasi

Terletak di Banjar Jelekungkang, Desa Taman Bali, Kecamatan

Peta dan Koordinat GPS: 8° 12' 5.20" S 115° 8' 19.29" E

Akseamasasbilitas

Akses masuk sama dengan ke air terjun dusun kuning. Sesampainya di di Desa Tamab Bali tepatnya di Dukung Jelekungkang akan ditemui plang penunjuk ke lokasi air terjun yang b erada di pinggir jalan.

Perjalanan turun sangatlah sebuah perjuangan. Beneran, sumpah. Pegangan tangga hanya berupa bambu, dan di sebelah kanan saya jurang sudah menunggu. Slip dikit, jatuh nih. Saya melangkah pelan-pelan sekali. Saya masih sayang dengan nyawa saya. Mana masih jomblo lagi kan? Ntar kalau mati siapa yang nangisin coba? Apesbanget kan?

Ditengah perjalanan, saya bertemu beberapa penduduk asli. Mereka akan naik, sepertinya habis mandi. Terlihat dari rambut dan tubuh mereka yang masih basah. “Alon-alon manten, belig sajan nike neked beten.” Begitu kata salah seorang dari mereka, dalam bahasa Bali. Artinya kurang lebih meminta saya hati-hati, karena licin sampai ke bawah. Saya turuti dong, sekali lagi saya masih sayang sama nyawa. Mereka sendiri nampak lincah melangkah. Terlihat sudah terbiasa dengan medan licin seperti itu.

Dengan penuh perjuangan, akhirnya saya tiba di tangga terakhir. Di bawah sini rupanya banyak sekali orang. Rata-rata pemuda dan laki-laki paruh baya, membawa alat-alat pertukangan. Ada juga anak gadis dan ibu-ibu yang baru selesai mandi. Ternyata apa yang dibilang Pak Putu benar adanya. Air terjun ini masih dalam proses mempercantik diri. Terlihat sebuah gazebo setengah jadi, tepat di depan air terjun. Jembatan kayu dan pancuran yang seperti belum lama dibuat. Melihat kedatangan saya, mereka berhenti bekerja sejenak. Mereka menyambut saya dengan ramah. Cerita yang sama dari Pak Putu, saya dengar pula dari mereka.

Air terjun Tukad Melangit ternyata ada dua. Satu di tempat saya berdiri, dan satu lagi di bawah. Untuk menuju ke air terjun kedua, saya harus menuruni tebing lagi. Kali ini tidak berupa tangga, namun geretan batu-batu alam. Ditemani salah seorang dari mereka, sebut saja Pak Ngurah, saya melangkah turun. Perjalanan turun ibarat mendaki tebing terjal. Tidak tinggi sih, tapi kalau jatuh sebuah sungai dengan aliran air yang cukup deras sudah menunggu. Kalau jatuh nggak langsung mati, paling hanyut dulu terbawa derasnya arus. Benar-benar memacu adrenalin, objek wisata yang satu ini. Masih benar-benar alami. Kata Pak Ngurah, nantinya akan dibuatkan tangga ke bawah sini agar lebih mudah diakses. Selama di tempat ini, saya tidak banyak mengambil foto. Gila aja ngambil foto, sudah cukup sibuk saya untuk berusaha tidak jatuh.

Secara garis besar, bagi anda pencinta wisata alam yang menantang, air terjun Tukad Melangit ini saya rekomendasikan. Hanya satu yang saya sarankan. Jangan datang saat hujan, karena akses jalannya jadi benar-benar licin. Pakaian yang saya pakai tidak selamat dari lumpur. Terutama saat naik kembali ke atas. Mungkin ke depannya, kalau benar renovasi sudah selesai, akses jalan ke air terjun ini akan jauh lebih mudah. Beberapa bulan lagi, mungkin saya akan datang kembali.

*****