Motivasi Pendidik

Sumber: www.mediaindonesia.com

Kilas Kuliah Umum Motivasi bagi Para Pendidik Oleh Butet Manurung

Ada hal yang menarik pada Kuliah Umum Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) Level 4 Berbagi yang diadakan oleh Pusdatin Kemdikbud yaitu pemaparan materi yang dikemukakan oleh Butet Manurung pendiri Sokola Rimba. Saat mendengarkan pemaparan kak Butet ingatan saya langsung tertuju pada tahun 2015 saat saya mengajar di suku pedalaman Kalimantan Utara. Apa yang dihadapi kak Butet pada tahun 1999 sama persis dengan apa yang dihadapi oleh saya.

Permasalahan utama guru menyampaikan content dalam mengajar adalah mencari context yang tepat untuk siswa. Context menjadi hal yang penting karena context akan menjembatani siswa memahami content yang diberikan. Karakteristik siswa di kelas sangatlah beragam, ada yang masuk golongan High Achiever (HA), Middle Achiever (MA) dan Low Achiever (LA).

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sebagai guru, kita harus memfasilitasi semua golongan murid yang tersebut di atas sehingga setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam pembelajaran. Guru harus menggunakan instruksi yang berbeda untuk setiap golongan siswa di atas, terkadang guru hanya menggunakan satu instruksi untuk semua golongan siswa. Akibatnya hanya siswa yang berada di golongan High Achiever yang menunjukkan performa yang maksimal dalam pembelajaran.

Kemudian yang bisa dipetik dari kuliah umum bersama kak Butet Manurung adalah pembelajaran yang mampu memberikan manfaat pada saat itu juga, pendidikan harus mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa setiap harinya. Oleh karena itu diperlukan sedikit modifikasi pembelajaran oleh guru dengan cara menggali potensi yang ada di tempat tinggal siswa. Seringkali siswa bertanya kepada guru mengenai urgensi suatu materi yang dipelajari di kelas dan parahnya guru tidak mampu menjawab pentingnya mempelajari materi tersebut.

Setiap daerah memiliki sistem pendidikan lokalnya tersendiri, mereka sudah memiliki cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sehari-hari. Seperti suku orang rimba (suku Kubu) memahami makna pakaian adalah cawat dan tato. Tidak sama seperti orang kota, hal tersebut merupakan estetika bagi mereka. Sekolah formal tidak mampu memberikan sebuah pemecahan masalah di setiap wilayah. Setiap wilayah, memiliki pengetahuan lokal masing-masing. Kita sebagai seorang guru haruslah mampu mempelajrai keadaan daerah yang kita tempati. membawa konsep sekolah formal pada wilayah atau daerah suku pedalaman misalnya, tidaklah mampu merubah banyak hal pada pemahaman atau persepsi mereka. Mereka tidak akan mudah menerima sebuah pendekatan atau konsep yang memberikan hasil/pengaruh dalam waktu yang lama.

Dalam proses pembelajaran, guru harus banyak memberikan materi yang kontekstual kepada siswa. Setiap diskusi yang berlangsung, memberikan gambaran-gambaran permasalahan yang ada di sekitar merupakan satu hal yang mendasar bagi siswa untuk belajar memecahkan sebuah masalah. Sebagai seorang pendidik jangan pernah merasa tahu segalanya di depan siswa, memberi kesan bahwa kita "sama-sama sedang belajar" akan diterima dan direspon dengan baik oleh siswa, dan akan tertanam di pikiran mereka "oh iya, kita ini sama-sama belajar dan harus belajar".

"Belajar dulu sebelum mengajar, guru mempunyai tanggung jawab sosial selain mengajar. Mengajar itu sarana pendidikan, bukan tujuan!_Butet Manurung

Sumber: Dokumentasi Pribadi